Kamis, 04 Oktober 2012

tugas




Oval: REFERENSI
 



1.      Cuningham, F. Gary, Dkk. Obstertri William Vol 1 Edisi 21, EGC, Jakarta, 2001
2.      Pusdiknas. 2001.  Panduan Pengajran Asuhan Kebidanan Fisiologi Bagi Dosen Dikploma III Kebidanan.  Buku 2 Asuhan Antenatal
3.      Oval: PENDAHULUANSulistyowati, A. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan.  Jakarta: Selemba Medika




Support Mental adalah bantuan atau dukungan yang diberikan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan degan batin atau pikirannya. Alasan diberikan support mental kerena setiap wanita hamil akan mengalami perasaan khwatir kalau-kalau akan terjadi masalah dalam kehamilannya, khawatir akan kehilangan kecantikannya dan khawatir ada kemungkinan bayinya tidak normal. Bidan sadar akan adanya perubahan-perubahan yang kan terjadi pada wanita hamil  agar dapat memberikan dukungan untuk menghilangkan segala  kekhawatiran seorang ibu. Peran support pada wanita hamil ternyata  sangat besar support dari keluarga yang sangat membantu ibu hamil adalah ibu.
Kehamilan merupakan krisis bagi kehidupan keluarga yang dapat diikuti  dengan stres dan kecemasan. Perubahan dan adaptasi selama kehamilan tidak hanya dirasakan oleh ibu, tetapi seluruh anggota keluarga, oleh kerena itu selama kehamilan seluruh anggota keluarga harus terlibat terutama suami, dukunganb dan kasih sayang dari anggota keluarga dapat memberikan perasaan nyaman dan aman ketika ibu merasa takut dan khawatir dengan kehamilannya.
Kehamilan adalah suatu proses yang normal akan tetapi kebanykan wanita akan  mengalami perubahan dari segi baik dari psikologis maupun emosional selama kehamilan, seringkali kita mendengar betapa bahagianya dia kerena akan menjadi seorang ibu tetapi tidak jarang ada wanita  yang merasa khawatir kalau terjadi masalah selama kehamilannya, misalnya ibu btakut dengan anak yang akan dilahirkan apakah normal ataukah tidak mungkin ibu takut kehilangan kecantikannya.
Sedangkan gangguan psikologis adalah perubahan psikologi pada ibu hamil merupakan hal yang normal dan merupakan hal yang individual. Didasarkan pada teori Revarubin.  Teori ini menekankan pada pencapaian peran sebagai ibu, dimana untuk mencapai peran ini diperlukan proses belajar melalui serangkaian aktivitas.  




URAIAN MATERI


Kebutuhan Psikologi Ibu Hamil Trimester I, II dan III
1. Trimester I
            Sekarang wanita merasa sedang hamil dan perasaannyapun bisa menyenangkan atau tidak menyenangkan. Hal ini dipengaruhi oleh keluhan umum seperti lelah, lemah, mual, sering buang air kecil, membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan sringkali membenci kehamilannya perubahan emosi sering terjadi adalah mudah mudah menangis, mudah tersinggung, kecewa, penolakan dan gelisah  serta seringkali biasanya pada awal  kehamilan ia berharap untuk tidak hamil.
            Pada trimester ini adalah priode penyesuaian diri, seringkali ibu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil, ibu sring merasakan ambivalen, bingung, + 80% ibu melewati kekecewaan, menolak, sedih, gelisah. Kegelisahan timbul kerena adanya perasaan takut, takut obortus atau kehamilan dengan penyulit, kematian bayi, kematian saat persalinan, takut rumahsakit dan lain-lain. Perasaan takut ini hendaknya diekpresikan sehingga dapat menambah pengetahuan ibu dan banyak orang yang membantu dan memperhatikan. Oleh kerena itu sangat penting adanya keberanian wanita untuk komunikasi baik dengan pasangan, keluarga maupun bidan.
            Sumber kegelisah lainnya adalah aktivitas seks dan relasi dengan suami. Wanita merasa tidak mempunyai daya tarik, kurang atraktif adanya perubahan fisik sehingga menjadi tidak percay diri. Kebanyakan wanita mengalami penurunan libido pada periode ini. Keadaan ini membutuhkan adanya komunikasi yang terbuka dan jujur dengan suami. Perubahan psikologi ini menurun pada trimester 2 dan meningkat kembali pada saat mendekati persalinan.
            Kegelisahan sering dibarengi dengan mimpi buruk, firasat dan hal ini sangat mengganggu. Dengan meningkatnya pengetahuan dan pemahaman akan kehamilan, bahaya/resiko, komitmen untuk menjadi orang tua, pengalaman hamil akan membuat wanita menjadi siap. Perasaan ambivalen akan berkurang pada akhir trimester 1 ketika wanita sudah menerima/menyadari bahwa dirinya hamil dan didukung oleh perasaan aman untuk mengekspresikan perasaannya.
            Reaksi pertama seorang pria ketika mengetahui bahwa dirinya akan menjadi ayah adalah timbulnya perasaan bangga atas kemampuannya mempunyai keturunan bercampur dengan keprihatinan akan kesiapannya untuk menjadi seorang ayah dan pencari nafkah untuk keluarganya. Seorang calon ayah akan sangat memperhatikan keadaan ibu yang sedang mulai hamil dan menghindari hubungan seks karen atakut mencederai janin.

2. TRIMESTER II
            Periode ini sering disebut periode sehat (radian health) ibu sudah bebas dari ketidaknyamanan. Selama periode ini wanita sudah mengharapkan bayi. Dengan adanya gerakan janin, rahim yang semakin membesar, terlihatnya gerakan bayi saat di USG semakin meyakinkan dia bahwa bayinya ada dan dia sedang hamil. Ibu menyadari bahwa bayinya adalah individu yang terpisah dari dirinya oleh karena itu sekarang ia lebih fokus memperhatikan bayinya. Ibu sudah menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif. Sebelum adanya gerakan janin ia berusaha terlihat sebagai ibu yang baik, dan dengan adanya gerakan janinia menyadari identitasnya sebagai ibu. Hal ini menimbulkan perubahan yang baik seperti kontak sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya, adanya gelar calon ibu baru, ketertarikannya pada kehamilan dan persalinan serta persiapan untuk menjadi peran baru.
            Kebanyakan wanita mempunyai libido yang meningkat dibandingkan trimester I, hal ini terjadi karena ketidaknyamanan berkurang, ukuran perut tidak begitu besar pada trimester II ini, terutama pada minggu-minggu terakhir kehamilan atau menjelang kelahiran membutuhkan lebih banyak perhatian dan cinta dari pasangannya, mulai takut jika akan terjadi sesuatu terhadap suaminya. Maka dari itu, calon ibu ingin memastikan bahwa pasangannya mendukung dan selalu ada di sampingnya.
            Tidak semua wanita dapat mengekspresikan perasaan ketergantungan terhadap pasangannya. Akan tetapi, tetap mengharapkan bahwa perhatian, dukungan, dan kasih sayang dapat tercurah dari pasangannya tersebut. Selain itu, calon ibu akan menjadi lebih mudah lelah dan iritabilita. Beberapa wanita akan sulit untuk berkonsentrasi dan fokus akan penjelasan-penjelasan baru yang diberikan oleh perawat. Maka dari itu, penjelasan yang diberikan harus jelas dan ringkas agar calon ibu dapat menyerapnya dengan lebih mudah.
            Pada fase ini, calon ibu mulai sibuk mempersiapkan diri untuk persiapan melahirkan dan mengasuh anaknya setelah dilahirkan. Mempersiapkan segala kebutuhan bayi, seperti baju, nama, dan tempat tidur. Bernegosiasi dengan pasangannya tentang pembagian tugas selama masa-masa menjelang melahirkan sampai nanti setelah bayi lahir. Pergerakan dan aktivitas bayi akan semakin sering terasa, seperti memukul, menendang, dan menggelitik. Perasaan bahwa janin merupakan bagian yang terpisah semakin kuat dan meningkat. Peningkatan keluhan somatik dan ukuran tubuh pada trimester III dapat menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadap aktivitas seksual menurun (Rynerson, Lowdermilk, 1993 dalam Bobak, Lowdermik, & Jensen, 2005).

3. TRIMESTER III
            Periode ini sering disebut periode menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya, menunggu tanda-tanda persalinan. Perhatian ibu berfokus pada bayinya, gerakan janin dan membesarnya terus mengingatkan pada bayinya. Sehingga ibu selalu waspada untuk melindungi bayinya dari bahaya, cedera dan akan menghindari orang/hal/benda yang dianggapnya membahayakan bayinya. Persiapan aktif dilakukan untuk menyambut kelahiran bayinya, membuat baju, menata kamar bayi, membayangkan mengasuh, merawat bayi, menduga-duga akan jenis kelaminnya dan rupa bayinya.
            Pada trimester III biasanya ibu merasa khawatir, takut akan kehidupan dirinya, bayinya, kelainan pada bayinya, persalinan, nyeri persalinan, dan ibu tidak akan pernah tahu kapan ia akan melahirkan. Ketidaknyamanan pada trimester ini meningkat, ibu merasa dirinya aneh dan jelek, menjadi lebih ketergantungan, malas dan mudah tersinggung serta merasa menyulitkan. Di samping itu ibu merasa sedih akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang akan diterimanya selama hamil, disinilah ibu memerlukan keterangan, dukungan dari suami, bidan dan keluarganya.
            Masa ini disebut juga masa krusia/penuh kemelut untuk beberapa wanita karen aada kritis identitas, karena mereka mulai berhenti bekerja, kehilangan kontak dengan teman, kolega (Oakley, dalam Sweet, 1999). Mereka merasa kesepian dan terisolasidi rumah. Wanita mempunyai banyak kekhawatiran seperti tindakan medikalisasi saat persalinan, perubahan body image merasa kehamilannya sangat berat, tidak praktis, kurang atraktif, takut kehilangan pasangan. Bidan harus mampu mengkaji dengan teliti/hati-hati sejumlah stres yang dialami ibu hamil, maupun menilai kemampuan coping dan memberikan dukungan.

Kesimpulan:
            Perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester 1, pada kehamilan trimester II, pada kehamilan trimester III dapat disimpulkan sebagai berikut:



Trimester I
IBU:
Ø  Terbuka atau diam-diam
Ø  Perasaan ambivalent terhadap kehamilannya
Ø  Berkembang perasaan khusus, mulai tertarik karena akan menjadi ibu.
Ø  Antipati karena ada perasaan tidak nyaman terutama pada ibu yang tidak menginginkan kehamilan.
Ø  Perasaan gembira.
Ø  Ada perasaan cemas karena akan punya punya tanggung jawab sebagai ibu.
Ø  Menerima atau menolak perubahan fisik

AYAH:
Ø  Berbeda  tergantung dari usia jumlah anak, stabilitas ekonomi.
Ø  Menerima atau menolak keadaan istrinya yang biasa disebabkan karena adanya gangguan komunikasi.
Ø  Toleransi terhadap kebutuhan seksual. Dorongan seksual dapat meningkat atau menurun.
Ø  Ayah dapat menjadi stress, untuk mengatasinya membuat kegiatan baru di luar rumah.



Trimester  II
IBU:
Ø  Mengalami perubahan fisik yang lebih nyata.
Ø  Ibu merasakan adanya pergerakan janin karenanya ia menerima dan menganggap sebagai bagian dari dirinya.
Ø  Dorongan seksual dapat meningkat atau menurun.
Ø  Mencari perhatian suami.
Ø  Berkosentrasi pada kebutuhan diri dan bayinya.
Ø  Perasaan lebih berkembang sehingga ibu mulai mempersiapkan perlengkapan bayinya.
Ø  Perasaan cenderung lebih stabil.

AYAH:
Ø  Merasa senang dengan gerakan janin.
Ø  Melibatkan diri dengan masalah kehamilan istrinya
Ø  Memberikan perhatian yang dibutuhkan oleh istrinya.
Ø  Bila merasa gagal dalam memberikan perhatian ini ayah menghabiskan waktu di luar rumah.
Ø  Bila berhasil, perhatian yang memberikan lebih besar lagi



TRIMESTER III
IBU:
Ø  Kecemasan dan ketegangan semakin meningkat oleh karena perubahan postur tubuh atau terjadi gangguan body image.
Ø  Merasa tidak feminim menyebabkan perasaan takut perhatiann suami berpaling atau tidak menyenangi kondisinya.
Ø  6-8 minggu menjelang persalinan perasaan takut semakin meningkat, merasa cemas terhadap kondisi bayi dan dirinya.
Ø  Adanya perasaan tidak nyaman.
Ø  Sukar tidur oleh karena kondisi fisik atau frustasi terhadap persalinan.
Ø  Menyibukkan diri dalam persiapan menghadapi persalinan.

AYAH:
Ø  Meningkatkan perhatian pada kehamilan istrinya.
Ø  Meningkatkan tanggung jawab finansial.
Ø  Perasaan takut kehilangan istri dan bayinya.
Ø  Adaptasi terhadap pilihan senggama karena ingin membahagiakan istrinya.

KEBUTUHAN PSIKOLOGI IBU HAMIL TRIMESTER I, II DAN III
A.    Support Keluarga
Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita yang sedang hamil, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru pertama kali hamil. Seorang wanita akan merasa tenang dan nyaman dengan adanya  dukungan dan perhatian dari orang-orang terdekat.
1.      Suami
Dukungan dan peran serta suami dalam masa kehamilan terbukti meningaktkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi kehamilan dan proses persalinan. Bahkan juga memicu produksi ASI. Suami sebagai seorang yang paling dekat, dianggap paling tahu kebutuhan istri. Saat hamil wanita mengalami perubahan baik fisik maupun mental. Tugas penting suami yaitu memberikan perhatian dan membina hubungan baik dengan istri, sehingga istri mengkonsultasikan setiap saat dan setiap masalah yang dialaminya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan selama mengalami kehamilan.
Keterlibatan suami sejak awal masa kehamilan, sudah pasti akan mempermudah dan meringankan pasangan dalam menjalani dan mengatasi berbagai perubahan yang terjadi pada tubuhnya akibat hadirnya sesosok “manusia mungil” di dalam perutnya. Bahkan, keikutsertaan suami secara aktif dalam masa kehamilan, menurut sebuah penelitian yang dimuat dalam artikel berjudul “what your partner might need from you during pregnancy” terbitan allina hospitals & clinics (tahun 2001), Amerika Serikat, keberhasilan seorang istri dalam mencukupi kebutuhan ASI untuk si bayi kelak sangat ditentukan oleh seberapa besar peran dan keterlibatan suami dalam masa-masa kehamilannya.
Saat hamil merupakan saat yang sensitif bagi seorang wanita, jadi sebisa mungkin seorang suami memberikan suasana yang mendukung perasaan istri, misalnya dengan mengajak istri jalan-jalan ringan, menemani istri ke dokter untuk memeriksakan kehamilannya serta tidak membuat masalah dalam komunikasi. Diperoleh tidaknya dukungan suami tergantung dari keintiman hubungan, ada tidaknya komunikasi yang bermakna, dan ada tidaknya masalah atau kekhawatiran akan bayinya.
Menurut penelitian di Indonesia
Dukungan suami yang diharapkan istri:
1.      Suami sangat mendambakan bayi dalam kandungan istri.
2.      Suami senang mendapat keturunan
3.      Suami menunjukkan kebahagiaan pada kehamilan ini.
4.      Suami memperhatikan kesehatan istri yakni menanyakan keadaan istri/janin yang dikandung.
5.      Suami tidak menyakiti istri.
6.      Suami menghibur/menenangkan ketika ada masalah yang dihadapi istri.
7.      Suami menasehati istri agar istri tidak terlalu capek bekerja.
8.      Suami membantu tugas istri
9.      Suami berdoa untuk kesehatan istrinya dan keselamatannya.
10.  Suami menunggu ketika istri melahirkan.
11.  Suami menunggu ketika istri di operasi.

2.      Keluarga
Lingkungan keluarga yang harmonis ataupun lingkungan tempat tinggal yang kondusif sangat berpengaruh terhadap keadaan emosi ibu hamil. Wanita hamil sering kali mempunyai ketergantungan terhadap orang lain disekitarnya terutama pada ibu primigravida. Keluarga harus menjadi bagian dalam mempersiapkan pasangan menjadi orang tua.

Dukungan Keluarga Dapat Berbentuk
-          Ayah-ibu kandung maupun mertua sangat mendukung kehamilan ini.
-          Ayah-ibu kandung maupun mertua sering berkunjung dalam periode ini.
-          Seluruh keluarga berdoa untuk keselamatan ibu dan bayi.
-          Adanya ritual adat istiadat yang memberikan arti tersendiri yang tidak boleh ditinggalkan.

3.      Lingkungan
Dukungan lingkungan dapat berupa:
-          Doa bersama untuk keselamatan ibu dan bayi dari ibu-ibu pengajian/perkumpulan/kegiatan yang berhubungan dengan sosial/keagamaan.
-          Membicarakan dan menasehati tentang pengalaman hamil dan melahirkan
-          Adanya diantara mereka yang bersedia mengantarkan ibu untuk periksa.
-          Menunggui ibu ketika melahirkan.
-          Mereka dapat menjadi seperti saudara ibu hamil

B.     Support Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan dapat memberikan peranannya melalui dukungan:
Aktif         : melalui kelas antenatal
Pasif          : dengan memberikan kesempatan kepada ibu hamil yang mengalami masalah untuk berkonsultasi.
Tenaga kesehatan harus mampu mengenali tentang keadaan yang ada disekitar ibu hamil atau pasca bersalin, yaitu: bapak, kakak, dan pengunjung.
Bidan harus memahami berbagai perubahan spikologis yang terjadi pada ibu hamil untuk setiap trimester agar asuhan yang diberikan tepat sesuai kebutuhan ibu. Hal ini diperlukan ketelitian dan kehati-hatian bidan untuk mengkaji/menilai kondisi psikologi seorang wanita hamil tidak hanya aspek fisik saja. Memfasilitasi wanita agar mau terbuka berkomunikasi baik dengan suami, keluarga ataupun bidan.
Dukungan psikososial selama kehamilan telah menunjukkan secara signifikan dapat meningkatkan kesehateraan emosi. Dukungan piskososial dalam hal ini, (Cobb, 1976) mendefenisikan dukungan psikososial sebagai informasi yang membawa seseorang untuk mempercayai bahwa dirinya diperhatikan, dicintai dihargai. Menurut Schumaker dan Brownell (1984) dukungan psikososial adalah pertukaran sumber informasi antara minimal 2 individu, yang terdiri dari  provider dan resipien dengan tujuan untuk meningkatkan kesehateraan resipien.
Dukungan psikososial ini akan melindungi/mengurangi efek negatif dari faktor resiko psikososial, Clupepper, Jack (1993) membagi resiko psikososial menjadi 3 yaitu: karakteristik sosial/demografi: usia tua, muda, kurang pendidikan, rumah yang tidak layak huni: faktor psikoligis: stress. Gelisah dengan riwayat/sedang mengalami gangguan psikologis dan kebiasaan hidup yang merugikan kesehatan: merokok, suka mabuk, pemakaian obat-obatan, obesitas, terlalu kurus.
Adapun jenis dukungan psikososial yang dapat diberikan berupa esteem support (dukungan untuk meningkatkan kepercayaan diri), informational support, tangible support (sarana fisik) dan perkumpulan sosial. Power et al (1988) membagi dukungan sosial menjadi 2:
1.      Emosional support: semua yang dapat meyakinkan/menjamin kedekatan dan pengetahuan bahwa dia dicintai, diperhatikan dan diterima serta nasehat, saran yang diberikan dapat menimbulkan kepercayaan diri.
2.      Practical support: meliputi semua aspek bantuan yang bertujuan membentuk indivisu dari sebuah masalah berupa kegiatan fisik (action) seperti meminjamkan uang, membantu tugasnya yang tidak bisa dikerjakan sendiri.
Bidan harus mampu mengidentifikasi sumber dukungan yang ada disekitar ibu, mempelajari keadaan lingkungan ibu, keluarga, ekonomi, pekerjaan sehari-hari. Perlu dipahami bahwa sumber dukungan psikososial yang paling besar pengaruhnya pada individu adalah orang yang terdekat bagi mereka seperti pasangan, teman baik, kerabat.
C.    Rasa Aman, Nyaman Selama Kehamilan
          Peran keluarga khususnya suami, sangat diperlukan bagi seorang wanita hamil. Keterlibatan dan dukungan yang diberikan suami kepada kehamilan akan mempererat hubungan antara ayah anak dan suami istri. Dukungan yang diperoleh oleh ibu hamil akan membuatnya lebih tenang dan nyaman dalam kehamilannya. Hal ini akan memberikan kehamilan yang sehat. Dukungan yang dapat diberikan. Oleh suami misalnya dengan mengantar ibu memeriksakan kehamilan, memenuhi keinginan ibu hamil yang ngidam, menginginkan minum tablet besi, maupun membantu ibu melakukan kegiatan rumah tangga selama ibu hamil. Walaupun suami melakukan hal kecil namun mempunyai makna yang tinggi dalam meningkatkan keadaan psiklogis ibu hamil ke arah yang lebih baik.

D.    Persiapan Menjadi Orang Tua
Persiapan menjadi orang tua sangat penting karena akan terjadi banyak perubahan peran ketika bayi lahir. Bagi pasangan baru, persiapan dapat dilakukan dengan banyak berkonsultasi. Sedangkan bagi pasangan yang telah mempunyai lebih dari satu anak dapat belajar dari pengalaman mengasuh anak sebelumnya. Persiapan yang tidak kalah pentingnya adalah persiapan ekonomi. Persiapan menjadi orang tua mempunyai dua komponen yaitu:
1.      Komponen yang bersifat praktis dan mekanis, melibatkan keterampilan kognitif-motorik. Keterampilan kognitif-motorik misalnya memberi makan, menjaga dari bahaya. Kemampuan ini dipengaruhi oleh pengalaman pribadi dan budaya.
2.      Komponen yang bersifat emosional, melibatkan keterampilan afektif dan kognitif. Keterampilan kognitif-afektif misalnya: bersikap yang lembut, waspada dan memberi perhatian kepada bayinya.

Peran orang tua sebagai proses peralihan yang berkelanjutan:
1)      Peralihan menjadi orang tua merupakan suatu proses dan bukan suatu keadaan statis.
2)      Berawal dari kehamilan dan merupakan kewajiban menjadi orang tua dimulai.

Peran orang tua sebagai krisis dibandingkan sebagai masa peralihan:
1)      Perubahan ini dianggap suatu krisis apabila sangat hebat, sangat mengganggu dan merupakan perubahan negatif.
2)      Perubahan kebiasaan yang mengganggu seperti:
-          Perubahan kehidupan seksual
-          Pola tidur dan lain-lain
Hal-hal yang perlu diperhatikan terhadap kehadiran dari bayi baru lahir adalah:
-          Temperamen
-          Cara pasangan mengartikan stres dan bantuan
-          Bagaimana mereka berkomunikasi dan mengubah peran sosial mereka.

E.     Persiapan Sibling
Sibling rivalry adalah rasa persaingan antara saudara kandung akibat kelahiran anak berikutnya. Sibling ditunjukkan dengan penolakan terhadap kelahiran adiknya, menangis, menarik diri dari lingkungannya, menjauh dari ibunya atau melakukan kekerasan terhadap adiknya. Usia dan tingkat perkembangan anak mempengaruhi respon mereka. Oleh karena itu, persiapan harus memenuhi kebutuhan setiap anak. Persiapan bagi anak mencakup penjelasan yang dilihat dan didengar.
Cara untuk mengatasi terjadinya sibling, antara lain:
1.      Menjelaskan pada anak tentang posisinya.
2.      Melibatkan anak dalam persiapan kelahiran adiknya.
3.      Mengajak anak berkomunikasi dengan calon bayi yang ada dalam kandungan ibunya.
4.      Mengenalkan anak dengan profil bayi








Oval: KESIMPULAN           



Kehamilan merupakan krisis bagi kehidupan keluarga yang dapat diikuti dengan stres dan kecemasan. Perubahan dan adaptasi selama kehamilan, tidak hanya dirasakan oleh ibu tetapi seluruh anggota keluarga. Oleh karena itu, selama kehamilan seluruh anggota keluarga harus terlibat terutama suami. Dukungan dan kasih sayang dari anggota keluarga dapat memberikan perasaan nyaman dan aman ketika ibu merasa takut dan khawatir dengan kehamilannya.

Kebutuhan psikologi ibu hamil trimester I, II dan III adalah sebagai berikut:
1.      Support keluarga
2.      Support dari tenaga kesehatan
3.      Rasa aman dan nyaman selama kehamilan
4.      Persiapan menjadi orang tua
5.      Persiapan sibling







Oval: ALAT BANTU
MENGAJAR
 




Hand out, infocuss
Papan tulis, spidol
laptop
           


Oval: BAHAN DAN SUMBER
 






Hand out
Sap
Power point







Oval: REFERENSI
 




1.      Asrinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha Ilmu MIMS Bidan. Edisi Pertama. 2010.
2.      Cuningham, F. Gary, dkk.  Obstetri William Vol 1 Edisi 21, EGC, Jakarta, 2006, Hal; 221-226.
3.      Ditjen, Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PPM dan PLP) HIV/AIDS Preention Project (HAPP/USAID. Alat kelamin dan semua yang perlu kita ketahui tentang penyakit menular seksual. Buku Saku Penjangkau Masyarakat.
4.      Sulistyawati, Ari, S. Si. T. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika, 2009.
5.      Yeyen, Ai, S. Si. T, Yulianti, Lia, Am. Keb, MKM. Maemunah, Hk. Am. Keb, M. Kes. Susilawati, Lilik, Hj. Am. Keb. M. Kes. 2009. Asuhan kebidanan I (kehamilan). Jakarta: Trans Info Media. 2009.







Oval: PENDAHULUAN
 




Masa kehamilan merupakan masa terjadinya perubahan-perubahan besar dalam keluarga, tubuh serta keseimbangan emosi. Untuk menjaga keseimbangan, menjaga tubuh agar tetap sehat dan mencari ahli kesehatan atau orang yang mendukung wanita selama kehamilan sangat penting. Begitu juga persiapan bagi seluruh anggota keluarga dan informasi yang tepat selama kehamilan untuk menghadapi masa kelahiran dan membesarkan anak.
Status kesehatan ibu hamil sangat berpengaruh terhadap masa depan kesejahteraan janin dan merupakan suatu cerminan dari keadaan janin yang aktual. Status kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tidak semua ibu mengetahuinya. Bukan hanya faktor fisik ibu yang dapat dinilai dengan status kesehatan, melainkan juga kesehatan, melainkan juga sehat dalam arti ibu tidak merasa terpaksa mempersiapkan segala sesuatu untuk kehamilannya (faktor sosbud dan ekonomi). Dengan begitu sangat perlu bagi para tenaga kesehatan untuk memahami seluruh kebutuhan ibu dalam masa antenatal, intranatal dan postnatal yang akan sangat menunjang proses persalinan nanti.
Tujuan Prental Care, pada umumnya memfasilitasi dan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak yaitu untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas. Lebih penting lagi. Tujuan prenatal care bagi keluarga yaitu untuk memajukan perkembangan bagi kesejahteraan keluarga dan interasi yang positif antara orang tua dan anak.
Untuk mencapai tujuan di atas diperlukan suatu usaha dari ibu dan keluarga, dengan cara memeriksakan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan. Tujuan dari prental care tersebut untuk mengetahui perubahan-perubahan psikologis yang nantinya akan mempengaruhi kehamilan. Wanita yang merasa positif terhadap bayi di dalam kandungannya akan membuat persalinanya berjalan lancar, hingga kemungkinan bayinya menderita masalah mental atau fisik sangat kecil. Sebaliknya wanita yang tidak senang atau tidak menginginkan bayinya dapat mengalami kesulitan saat melahirkan dan bayinya sangat berpeluang mengalami masalah pada fisik atau tingkah laku.
Diduga hal itu karena janin dapat merasakan perasaan ibunya terhadap dirinya. Karena itu pada handout ini, menjelaskan tentang pentingnya memahami perubahan psikologis yang mempengaruhi kehamilan. Pengetahuan ini sangat diperlukan bagi bidan dalam melaksanakan tugas dan profesinya.









Oval: URAIAN MATERI
 




A.    Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan
Ada tiga faktor yang mempengaruhi kehamilan, yaitu faktor fisik, faktor psikologis dan faktor sosial budaya dan ekonomi.
1.      Faktor-faktor Fisik yang Mempengaruhi Kehamilan
a.       Status Kesehatan/Penyakit
Ada dua klasifikasi dasar yang berkaitan dengan status kesehatan atau penyakit yang dialami ibu hamil:
v  Penyakit atau komplikasi akibat langsung kehamilan
Termasuk dalam klasifikasi ini adalah hyperemesis gravidarum, preklamsia/eklamsia, kelainan lamanya kehamilan, kehamilan ektopik, kelainan plasenta atau selaput janin, perdarahan antepartum, gameli.
v  Penyakit atau kelainan tidak langsung
Terdapat hubungan timbale balik dimana penyakit ini dapat memperberat serta mempengaruhi kehamilan atau penyakit ini dapat diperberat oleh karena kehamilan. Contoh: penyakit jantung, hipertensi, asma, DM, penyakit menular seksual.
Beberapa pengaruh  terhadap kehamilan adalah abortus, intra uterin fetal death (IUFD), anemia berat, infeksi transplasenta, partus prematurus, dismatur, asfiksia neonaturun, shock, perdarahan. Penyakit jantung dapat memperberat  kehamilannya karena jantung yang tidak normal tidak dapat menyesuaikan kerjanya terhadap perubahan fisiologis seperti hipervolemia dan terdesaknya jantung dan diafragma karena pembesaran rahim. Maka dapat dipahami bahwa kehamilan dapat memperbesar atau memperberat penyakit jantung bahkan menyebabkan payah jantung (Dekompensasi Cordis). Pengaruh penyakit jantung pada kehamilan adalah dapat menyebabkan terjadinya abortus, prematuritas, dismaturitas, lahir mati dan IUFD.
Penyakit asma sering merupakan penyakit keturunan, diagnosis biasanya mudah didapat karena ibu tersebut telah sering berobat kepada dokter atau pengobatan non medis. Asma dapat berkurang atau bertambah dalam kehamilan, kehamilan akan berlangsung tanpa gangguan kecuali apabila sering kambuh. Jika ibu kerap mengalami sesak nafas, janin akan kekurangan oksigen hingga menghambat proses tumbuh kembangnya. Karena itulah ibu hamil harus berupaya agar asmanya tidak kambuh dan apabila kambuh dapat diberikan obat-obatan atau oksigen setelah berkonsultasi dengan dokter.
Ibu hamil rawan mengalami kenaikan kadar gula darah yang tidak pernah dialami sebelum hamil. Karena gangguan ini juga bisa dialami ibu hamil yang sebelumnya tidak punya riwayat diabetes. Gejala diabetes terhadap kehamilan dapat menyebabkan janin mengalami kelainan kongenital, partus prematurus, hidramnion, preeklamsia, kelainan letak janin dan insufisiensi plasenta.

b.      Status gizi
Status gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kehamilan. Banyak wanita yang tidak mengetahui manfaat gizi bagi hamil (diet ibu hamil). Masalah inilah yang menjadi tugas kita sebagai seorang bidan untuk menerangkannya disetiap kunjungan ibu. Meskipun bukan merupakan jaminan, dengan mengikuti anjuran diet atau makanan yang terbaik bagi wanita hamil, akan sangat membantu mendapatkan kehamilan yang nyaman, tidak saja ia akan membantu menghindari atau mengurangi rasa mual dipagi hari dan gangguan pada pencernaan, diet ini juga membantu ibu mengurangi rasa letih, mencegah susah buang air besar dan ambien/hemorrhoid, mencegah infeksi pada sistem kemih, anemia dan kejang pada kaki.
Kebutuhan ibu hamil akan nutrisi lebih tinggi dibandingkan saat sebelum hamil dan kebutuhan tersebut semakin bertambah pada saat ibu menyusui bayinya. Kecukupan gizi ibu hamil dan pertumbuhan kandungannya dapat diukur berdasarkan kenaikan berat badannya. Untuk memenuhi kebutuhan akan nutrisi maka ibu harus makan makanan yang banyak mengandung gizi karena makanan tersebut diperlukan untuk pertumbuhan janin, plasenta, buah dada dan kenaikan metabolisme dan apabila kekurangan dapat menyebabkan terjadinya abortus (pada kehamilan trimester I) atau terjadinya partus premeturus.

Berikut ini adalah tabel 1.1 kebutuhan ibu hamil akan zat makanan pada saat ibu dalam keadaan tidak hamil dan menyusui.
Kebutuhan Kalori dan Zat Makanan
Tidak Hamil
Hamil
Menyusui
Kalori
Protein
Kalsium
Zat besi
Vitamin A
Vitamin D
Thiamni
Roboflavin
Niasin
Vitamin C

2000 kkal
55 g
0,5 g
12 g
5000 IU
400 IU
0,8 mg
1,2 mg
13 mg
60 mg
2300 kkal
65 g
1 g
17 g
6000 IU
600 IU
1 mg
1,3 mg
15 mg
90 mg
2700 kkal
80 g
1 g
17 g
7000 IU
800 IU
1,2 mg
1,5 mg
18 mg
90 mg

Ibu hamil juga tidak dianjurkan untuk minum kopi ataupun teh karena kopi dan teh mengadung kafein yang dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, di samping bisa menyebabkan iritasi lambung. Kafein bersifat diuretik sehingga ibu menjadi  sering buang air kecil akibatnya mengurangi jumlah mineral penting seperti: kalium, kalsium dan magnesium dalam tubuh. Kondisi ini menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit tubuh padahal keseimbangan elektrolit tubuh berfungsi untuk menjaga kerja jantung dan alat-alat tubuh lain dengan baik. Proposi kenaikan berat badan selama hamil adalah sebagai berikut:
1.      Kenaikan berat badan trimester I lebih kurang 1 kg. Kenaikan berat badan ini hampir seluruhnya merupakan kenaikan berat badan ibu.
2.      Kenaikan berat badan trimester II adalah 3 kg atau 0,3 kg/minggu sebesar 60 dan kenaikan berat badan ini dikarenakan pertumbuhan jaringan pada ibu.
3.      Kenaikan berat badan trimester III adalah 6 kg atau 0.3-0,5 kg/minggu. Sekitar 60% kenaikan berat badan ini dikarenakan pertumbuhan jaringan janin.
Mual muntah sering dialami wanita hamil pada awal-awal kehamilan yang sering disebut dengan morning sickness. Penyebab dari morning sickness tidak diketahui dengan jelas meskipun sejumlah pendapat telah dikemukakan antara lain karena ada perubahan pada hormon, kadar gula darah yang rendah (mungkin disebabkan karena pola makan tidak teratur), kelebihan gastrik, peristaltik lambat, perubahan uterus dan faktor emosional yang memicu terjadinya mual muntah.  Sebenarnya mual muntah ini normalnya terjadi hanya pada kehamilan trimester I.

c.       Gaya Hidup
Cara hidup yang serba sibuk dan terburu-buru seperti yang banyak dijalani oleh para wanita pada masa kini, misalnya kebiasaan begadang, bepergian jauh dengan berkendaraan motor dan lain-lain, dapat memperbesar kemungkinan bahkan kadang-kadang langsung menyebabkan salah satu gejala kehamilan yang tidak enak yaitu rasa mual di pagi hari, keletihan, sakit punggung dan gangguan pencernaan.
*      Subtance abuse
Salah satu yang mempengaruhi kehamilan dilihat dari gaya hidup adalah faktor subtanse abuse. Subtance abuse adalah sebagai perilaku yang merugikan atau membahayakan bagi ibu hamil termasuk penyalahgunaan zat-zat atau obat tertentu yang membahayakan ibu hamil. Berikut beberapa contoh tindakan dari subtance abuse. Pengaruh obat terhadap janin selama hamil tidak tergantung dari macam obat, akan tetapi juga tergantung dari saat obat tersebut diberikan. Obat-obatan ynag diberikan kepada ibu hamil dapat menimbulkan efek pada janin seperti, kelainan bentuk antomic atau kecacatan pada janin terutama penggunaan obat pada trimester I, kelainan faal alat tubuh dan gangguan pertukaran zat dalam tubuh.
Penggunaan obat terlarang selam kehamilan sangat membahayakan bagi ibu maupun janin. Kokain misalnya, yang tidak saja menembus plasenta, tetapi juga dapat menghancurkannya, komplikasi kehamilan yang lain juga dapat terjadi termasuk keguguran, lahir premature dan lahir mati.
Kadang-kadang pengaruh obat ini baru terlihat pada bayi yang dilahirkan ketika menginjak usia remaja dan dewasa. Hampir semua obat yang diberikan pada wanita hamil dapat melalui plasenta dan mencapai plasenta dan mencapai janin dan beberapa diantaranya dapat mengganggu perkembangan janin. Maka sebaliknya berhati-hati dalam memberikan obat sewaktu hamil. Alkohol dalam jumlah banyak selama kehamilan dapat menyebabkan sejumlah besar masalah pada janin. Hal ini karena alkohol akan memasuki aliran darah janin dengan jumlah konsentrasi yang sama dengan konsentrasi alkohol dalam darah ibu, jadi setiap kali ibu minum alkohol janinnya juga ikut serta. Peminum berat semasa kehamilan di samping mengakibatkan berbagai komplikasi kehamilan yang serius juga dapat menyebabkan FAS (Fetal Alkohol Syndrom) pada janin. Digambarkan seperti mengalami kondisi setelah mabuk, bayi ini lahir dengan ukuran kecil, biasanya cacat mental dengan berbagai kelainan bentuk (terutama pada kepala dan wajah, tangan dan kaki). Dan angka kematian bayi yang tinggi.
Resiko pada kehamilan juga dapat meningkatkan resiko keguguran, lahir premature, berat lahir yang rendah, dan komplikasi selama masa persiapan kelahiran dan persalinan. Dari bukti yang ada, nasehat yang terbaik bagi wanita hamil yang akan hamil adalah tidak mengkonsumsi alkohol. Diharapkan bahwa efek samping alkohol pada kehamilan akan hilang setelah wanita yang bersangkutan berhenti minum.
Pengaruh sinar rongent atau radiasi terhadap kehamilan terutama adalah pada trimester I (umur 4 sampai 9 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir). Pada kehamilan trimester I merupakan tahap dasar pembentukan organ termasuk organ vital otak, sumsum tulang belakang, jantung, ginjal, dan pernafasan, sehingga paparan sinar X-ray pada umur kehamilan ini akan menimbulkan resiko kecacatan janin, malformasi janin, retardasi mental pada janin, abostus dan persalinan prematurus. Efek radiasi terhadap janin tergantung dari umur kehamilan beberapa saat paparan radiasi berlangsung dan seberapa besar jumlah radiasi yang diterima.
Tabel 1.2: Daftar yang berpotensi membahayakan atau menimbulkan kelainan pada janin.
Nama Obat
Kemungkinan Pada Bayi
Kloramfenikol
Gangguan pernafasan, grey sindrom (sindrom abu-abu)
Tetrasiklin
Ganggaun pertumbuhan tulang, perubahan warna gigi, gigi rapuh
Dehidrosetreptomisin
Tuli
Steptomosin
Gangguan keseimbangan
Amitripin
Iritabilitas neonates
Ampetamin
Iritabilitas, tidak mau menyusui, takhikardi, malformasi kardiovaskuler dan muskuluskiletal
Nitrofurantoin
Gangguan dalam darah
Fenasetin
Gangguan dalam darah
Anti diabetic peroral
Kematian janin dalam kandungan
Anti kanker
Trimbositopesia, cacat bawaan
Anti malaria
Kelainan congenital
Aspirin
IUGR
Ibu profen
Kontriksi duktus arteriosus
Paracetamol
Diskolasi sendi paha dan clubfoot
Vitamin dengan dosis tinggi
Kerusakan ginjal, defek susunan saraf pusat dan kranifasil, skobut, ketidakmampuan belajar, kerusakan hati dan tulang

*      Perokok
Penggunaan tembakau adalah salah satu penyebab yang menjerumuskan kemasalah-masalah pralahi. Berapa diantaranya yang serius adalah perdarahan pervaginam, keguguran, tertanamnya plasenta pada tempat yang tidak normal, pelepasan plasenta yang terlalu dini, pecahnya ketuban dan persalinan.
Berbagai gangguan terhadap hasil akhir kehamilan dilaporkan berkaitan dengan merokok selama hamil. Gangguan tersebut adalah berat lahir rendah akibat persalinan premature atau gangguan pertumbuhan janin, kematianjanin dan bayi, serta solusio plasenta. Mekanisme patofisiolofi yang diperkirakan berperan menimbulkan gangguan kehamilan ini antara lain meningkatkan kadar kaboksi hemoglobin janin, berkurangnya aliran darah utero plasenta, dan hipoksia. Bahwa ibu hamil yang merokok dapat langsung mempengaruhi dan merusak perkembangan janin dalam rahim. Yang paling penting sering terjadi adalah berat lahir yang rendah, di samping resiko gangguan pernafasan pada janin. Hasil penelitian menunjukkan baik perokok aktif maupun pasif ada hubungan dengan kelahiran bayi dengan berat badan rendah, yang berdampak pada perkembangan anak. Penelitian pada anak-anak 6-9 tahun dengan ibu perokok aktif, perokok pasif, dan ibu tanpa rokok ketika hamil, menunjukkan: anak-anak dengan ibu tanpa lebih baik dalam kemampuan berbicara, berbahasa, intelektual, visual dan perilaku.

*      Hamil di luar nikah dan kehamilan tak diharapkan
Remaja biasa bilang kalau seks bebas atau seks pra-nikah itu enak untuk dilakukan. Akan tetapi, bila remaja melihat, memahami, ataupun merasakan akibat dari perilaku itu, ternyata hasilnya lebih banyak merugikan. Salah satu resiko dari seks pra nikah atau seks bebas itu adalah kehamilan yang tidak diharapkan (KTD)kehamilan yang tak direncanakan sebelumnya biasa merampas kenikmatan masa remaja yang seharusnya dinikmati oleh setiap remaja, lelaki maupun perempuan. Walaupun kehamilan itu sendiri dirasakan langsung oleh perempuan, tetapi remaja pria juga akan merasakan dampaknya karena harus bertanggungjawab. Ada dua hal yang biasa dilakukan oleh remaja jika mengalami KTD. Mempertahankan kehamilan atau mengakhiri kehamilan (aborsi). Semua tindakan tersebut dapat membawa resiko baik fisik, psikis maupun sosial.
Masa sekarang kehamilan yang tidak diinginkan bukan hanya terjadi pada pasangan yang telah menikah tapi juga pada perempuan yang melakukan seks bebas karena terlalu lama berpacaran dan menunda masa menikah menyebabkan remaja melakukan hubungan seks pra nikah yang kemudian menjadi hamil. Keadaan ini menyebabkan mereka mengalami resiko fisik, resiko psikis, resiko sosial, dan resiko ekonomi. Karena keadaan ini ada yang menyelesaikan dengan menikah  dan mempertahankan kehamilan dan lebih memilih menggugurkan kandungannya karena sebab-sebab di atas.
            Bila kehamilan dipertahankan:
1.      Resiko fisik kehamilan pada usia dini biasa menimbulkan kesulitan dalam persalinan seperti perdarahan, bahkan biasa sampai pada kematian.
2.      Resiko psikis atau psikologi. Ada kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak mau menikahinya atau tidak mempertanggung jawabkan perbuatannya. Kalau mereka menikah, ini juga biasa mengakibatkan perkawinan bermasalah yang penuh komplik karena sama-sama belum dewasa dan siap memikul tanggungjawab sebagai orang tua. Selain itu, pasangan muda terutama pihak perempuan, akan sangat dibebani oleh berbagai perasaan yang tidak nyaman seperti dihantui rasa malu yang terus-menerus, rendah diri, bersalah dan berdosa, defresi atau tertekan, pesimis dan lain-lain. Bila tidak ditangani dengan baik, maka perasaan-perasaan tersebut biasa menjadi gangguan kejiwaan yang lebih parah.
3.      Resiko sosial. Salah satu resiko sosial adalah berhenti/putus sekolah atas kemauan sendiri dikarenakan rasa malu atau cuti melahirkan. Kemungkinan lain dikeluarkan dari sekolah. Hingga saat ini masih banyak sekolah yang tidak mentolerir siswa yang hamil. Resiko sosial lain: menjadi objek gosip, kehilangan masa remaja yang seharusnya dinikmati, dan terkena cap buruk karena melahirkan anak di luar nikah, kenyataannya di indonesia, kelahiran anak di luar nikah masih sering menjadi beban orang tua maupun anak yang lahir.
4.      Resiko ekonomi, merawat kehamilan, melahirkan dan membesarkan bayi/anak membutuhkan biaya.

Di negara berkembang, jutaan anak hidup dan bekerja dijalanan dan banyak diantaranya mereka yang terlibat dalam seks demi bertahan hidup (survival seks) dimana mereka menukar seks untuk memperoleh makanan, uang, jaminan keamanan maupun obat-obatan terlarang. Hal ini dapat menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan dan mengakhirinya dengan menggugurkan baik pada tenaga terlatihmaupun tidak. 

2.      Faktor-faktor Psikologis yang Mempengaruhi Kehamilan
a.       Stresor internal dan eksternal
Kehamilan adalah suatu krisis maturnitas yang dapat menimbulkan stress, tetapi berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan mengemban peran baru, wanita tersebut mengubah konsep dirinya supaya dia siap menjadi seorang yang bebas dan berfokus pada diri sendiri menjadi seorang yang seumur hidup berkomitmen untuk merawat seorang individu lain.
Selama hamil kebanyakan wanita mengalami perubahan psikologis dan emosional. Sering kali kita mendengar seorang wanita mengatakan sangat bahagia karena dia akan menjadi ibu namun tidak jarang ada seorang wanita merasa khawatir akan terjadi masalah pada kehamilannya. Perubahan psikologis pada ibu timbul kembali karena ibu merasa dirinya aneh dan jelek di samping perasaan sedih akan berpisah dengan bayi dalam kandungannya.
Konflik dan masalah yang dihadapi seorang wanita yang hamil dapat memberikan pengaruh terhadap kehamilannya. Dengan suasana hati yang tenang, seorang wanita hamil dapat melalui dan menjalani kehamilan dengan sehat. Faktor psikologis yang berpengaruh dalam kehamilan dapat berasal dari dalam diri ibu hamil (internal) dan dapat juga berasal dari luar diri ibu hamil (eksternal).
*      Stresor internal
Faktor psiklogis yang berasal dari dalam diri ibu dapat berupa latar belakang kepribadian ibu dan pengaruh perubahan dan pengaruh hormonal yang terjadi selama kehamilan. Ibu hamil yang kepribadiannya immature (kurang matang) biasanya dijumpai pada calon ibu yang biasanya masih sangat muda, introvert (tidak mau berbagi dengan orang lain) atau tidak seimbang antara perilaku dan perasaannya, cenderung menunjukkan emosi yang tidak stabil dalam menghadapi kehamilannya dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki kepribadian yang mantap dan dewasa. Ibu hamil dengan kepribadian yang seperti ini biasanya menunjukkan ketakutan dan kecemasan terhadap dirinya dan bayi yang dikandungnya selama kehamilan merupakan beban yang sangat berat dan tidak menyenangkan selama kehamilan. Sehingga ibu tersebut lebih mudah mengalami depresi selama kehamilan. Ia merasa kehamilannya merupakan beban yang sangat berat dan tidak menyenangkan.
Demikian pula dengan pengaruh perubahan hormon yang berlangsung selama kehamilan juga berperan dalam perubahan emosi, membuat perasaan jadi tidak menentu, konsentrasi berkurang dan sering pusing. Hal ini menyebabkan ibu  merasa tidak nyaman selama kehamilan timbulnya stress yang menyebabkan ibu sering murung.
Faktor-faktor lainnya yaitu pemicu stress ibu hamil yang berasal dari diri ibu sendiri. Adanya beban psikologis yang ditanggung oleh ibu dapat menyebabkan gangguan perkembangan bayi yang nantinya akan terlihat ketika bayi lahir. Anak akan tumbuh menjadi seseorang dengan kepribadian yang tidak baik, tergantung pada kondisi stress yang dialami oleh ibunya, seperti anak yang menjadi seseorang dengan kepribadian tempramental, autis atau orang yang terlalu rendah diri (minder). Ini tentu saja tidak kita harapkan. Oleh karena itu pemantauan kesehatan psikologis pasien sangat perlu dilakukan.

*      Stresor eksternal
Faktor psikologis yang berasal dari luar diri ibu dapat berupa pengalaman ibu misalnya ibu mengalami masa anak-anak yang bahagia dan mendapatkan cukup cinta kasih, berasal dari keluarga yang bahagia sehingga mempunyai anak di anggap sesuatu yang diinginkan dan menyenangkan maka ia akan terdorong secara psikologis untuk mampu memberikan kasih sayang kepada anaknya. Selain itu pengalaman ibu yang buruk tentang proses kehamilan atau persalinan yang meninggalkan trauma berat bagi ibu dapat juga menimbulkan gangguan emosi yang mempengaruhi kehamilannya.
Gangguan emosi baik berupa stress atau depresi yang dialami pada trimester I kehamilan akan bnerpengaruh pada janin karena pada saat itu janin sedang dalam masa pembentukan. Akan tetapi mengakibatkan pertumbuhan bayi terhambat atau BBLR.
Bukan hanya itu, pada pertumbuhan anaknya nanti anak akan mengalami kesulitan belajar, sering ketakutan bahkan tidak jarang hiperaktif karena dalam kehamilan ibu sering merasa gelisah maka terjadi perubahan neorotransmiter di otaknya dan mempengaruhi neorotransmiter janin melalui plasenta. Selain itu dapat meningkatkan neural adrenalin, serotonin dan gotamin yang biasa masih ke predaran darah janin sehingga mempengaruhi sistem sarafnya.
Oleh karena itu dalam memberikan asuhan antenatal, bidan harus mampu memberikan pendidikan parent education sejak kehamilan trimester I sehingga orang tua mendapat banyak pengetahuan terutama tentang perubahan yang terjadi selama kehamilan dan diharapkan biasa beradaptasi pada perubahan-perubahan psikologis tersebut.
Pemicu stress yang berasal dari luar juga bentuknya sangat bervariasi. Misalnya masalah ekonomi, konflik keluarga, pertengkaran dengan suami, tekanan dari lingkungan (respon negatif dari lingkungan pada kehamilan lebih dari 5 kali), dan masih banyak kasus yang lainnya.





































b.      Support Keluarga
Ibu merupakan salah satu anggota keluarga yang sangat berpengaruh sehingga apapun yang terjadi pada ibu akan mempengaruhi keadaan keluarganya.
Bagi pasangan baru kehamilan merupakan kondisi dari masa anak menjadi orang tua sehingga kehamilan merupakan sesuatu yang dianggap krisis bagi kehidupan berkeluarga yang dapat diikuti oleh stress dan kecemasan. Jika krisis tersebut tidak dapat dipecahkan maka akan menimbulkan tingkah laku maladatif dalam keluarga dan mungkin  akan terjadi perpecahan antara anggota keluiarga. Kemampuan untuk memecahkan krisis dengan sukses adalah kekuatan bagi keluarga untuk menjalin hubungan baik.
Tugas keluarga yang saling melengkapi sehingga dapat menghindari konflik yang diakibatkan kehamilan dapat ditempuh dengan jalan: merencanakan dan mempersiapkan kehadiran anak, mengumpulkan dan memberikan informasi bagaimana merawat dan menjadi ibu atau ayah bagi bayi.
Sedangkan dukungan keluarga yang dapat diberikan agar kehamilan dapat berjalan lancar antara lain: Memberikan dukungan pada ibu untuk menerima kehamilannya, memberi dukungan pada ibu untuk menerima dan mempersiapkan peran sebagai ibu, memberi dukungan pada ibu untuk menghilangkan rasa takut dan cemas terhadap persalinan, memberi dukungan pada ibu untuk menciptakan hubungan yang kuat antara ibu dan anak yang dikandungnya melalui perawatan kehamilan dan persalinan yang baik, menyiapkan keluarga lainnya untuk menerima kehadiran anggota keluarga baru.
Setiap tahap usia kehamilan, ibu akan mengalami perubahan baik yang bersifat fisik maupun psikologis. Ibu harus melakukan adaptasi pada setiap perubahan yang terjadi, dimana sumber stress terbesar terjadi, dimana sumber stress terbesar terjadi karena dalam rangka melakukan adaptasi terhadap kondisi tertentu. Dalam menjalani proses itu, ibu hamil sangat membutuhkan dukungan intensif dari keluarga dengan cara menunjukkan perhatian dan kasih sayang.

c.       Subtance abuse
Beberapa jenis obat-obatan bisa menghambat terjadinya kehamilan atau membahayakan bayi dalam kandungan. Jika ibu minum obat secara teratur, misalnya untuk mengatasi epilepsy atau diabetes, mintalah nasehat dokter saat memutuskan untuk hamil. Aspirin dan sulfanilamide cukup aman pada awal kehamilan, namun banyak yang belum diketahui mengenai efek jangka panjang pada janin. Hindari obat-obatan yang disuga membahayakan.
Kekerasan yang dialami oleh ibu hamil di masa kecil akan sangat membekas dan sangat mempengaruhi kepribadiannya. Ini perlu diperhatikan karena pada klien yang mengalami riwayat ini, tenaga kesehatan harus lebih maksimal dalam menempatkan diri sebagai teman atau pendamping yang bisa dijadikan tempat bersandar bagi klien dalam masalah kesehatan. Klien dengan riwayat ini biasanya tumbuh dengan kepribadian yang tertutup.

d.      Kekerasan yang Dilakukan oleh Pasangan (partner abuse)
Perlakukan kekerasan terhadap fisik atau kekerasan seksual yang dilakukan pasangannya. Satu kekerasan wanita hamil yaitu aborsi. Hal ini disebabkan karena kehamilan yang tidak diinginkan, penyenbabnya:
Ø  Seks sebelum nikah
Ø  Terlalu banyak punya anak
Ø  Faktor ekonomi
Ø  Korban perkosaan
Kekerasan terhadap pekerjaan (diskriminasi gender), di dalam rumah tangga masih ada tanggungjawab untuk melakukan pekerjaan yang berat, perbedaan ekonomi menyebabkan wanita hamil mendapatkan fasilitas kesehatan yang minim, gizi buruk. Akibat dari kekerasan terhadap wanita hamil yaitu: dapat menimbulkan stress bahkan depresi sehingga berpengaruh terhadap janin yang sedang dikandungnya. Janin dapat lahir secara prematur dan mengalami gizi buruk. Kesakitan dan kematian ibu dan janin. Hal tersebut dapat terjadi jika ibu  hamil mendapat perlakukan kekerasan secara fisik ataupun seksual.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa korban kekerasan terhadap perempuan adalah wanita yang telah bersuami. Setiap bentuk kekerasan yang dilakukan oleh pasangan harus selalu diwaspadai oleh tenaga kesehatan jangan sampai kekerasan yang terjadi akan membahayakan ibu dan bayinya. Sewaktu pasien mengalami perasaan terancam yang akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janinnya

3.      Faktor-faktor Lingkungan, Sosial, Budaya dan Ekonomi yang Mempengaruhi Kehamilan
*      Kebiasaan adat istiadat
Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan kesehatan ibu hamil. Tenaga kesehatan harus dapat menyikapi hal ini dengan bijaksana jangan sampai menyinggung “kearifan lokal” yang sudah berlaku di daerah tersebut. Penyampaian mengenai pengaruh adat dapat melalui berbagai teknik, misalnya melalui media massa, pendekatan tokoh masyarakat dan penyuluhan yang menggunakan media efektif. Namun, tenaga kesehatan juga tidak boleh mengesampingkan adanya kebiasaan yang sebenarnya menguntungkan bagi kesehatan. Jika kita menemukan adanya adat yang sama sekali tidak berpengaruh buruk terhadap kesehatan, tidak ada salahnya jika memberikan respon yang positif dalam rangka menjalin hubungan yang sinergis dengan masyarakat.
Terbentuknya janin dan kelahiran bayi merupakan suatu fenomena yang wajar dalam kelangsungan kehidupan manusia, namun berbagai kelompok masyarakat dengan kebudayaannya diseluruh  dunia memiliki aneka persepsi, interprestasi, dan respon dalam menghadapinya. Proses pembentukan janin hingga kelahiran bayi serta pengaruhnya terhadap kondisi kesehatan ibunya perlu dilihat dalam aspek biopsiko kulturalnya sebagai suatu kesatuan bukan hanya dilihat semata dari aspek biologis dan fisologisnya.
Tiap perpindahan dari suatu tahapan kehidupan kepada tahapan kehidupan yang lainnya merupakan suatu masa krisis yang gawat atau membahayakan baik bersifat nyata ataupun tidak nyata sehingga diadakan serangkaian upacara bagi wanita hamil untuk mencari keselamatan bagi diri wania serta bayinya. Contoh di Jawa: ada mitoni, procotan dan brokohan, sepasaran, selapanan.
Berbagai kebudayaan percaya akan hubungan asosiatif antara suatu bahan makanan menurut bentuk atas sifatnya dengan akibat buruk yang ditimbulkannya sehingga menimbulkan kepercayaan untuk mematang jenis makanan yang dianggap dapat membahayakan kondisi ibu atau janin yang dikandungnya. Faktor yang ikut dalam tingginya AKI di Indonesia adalah faktor sosial budaya. Ada nilai-nilai tentang gender dan kodrat yang berkembang dalam masyarakat indonesia yang perlu dirunah agar nilai-nilai yang ada dapat memberikan peran yang positif terhadap upaya penurunan AKI. Nilai-nilai dimaksud yang dapat dihimpun adalah:
Ø  Kehamilan merupakan peristiwa alami terjadi pada kaum perempuan sehingah sudah seharusnya resiko ditanggung oleh perempuan. Kehamilan adalah kodrat perempuan, akan tetapi resikonya harus ditanggung bersama oleh suami, keluarga dan perempuan itu sendiri.
Ø  Sampai saat ini banyak perempuan yang tidak mempunyai hak terhadap kesehatan reproduksinya. Berapa kali perempuan ingin hamil selama masa suburnya, kepingin hamil, dengan cara bagaimana mengatur kehamilannya.
Ø  Dalam konteks sosial dan keluarga, kekuasaan dan pengambilan keputusan dalam menunggu keluarga. Bahkan setelah terjadi komplikasi persalinan pun mereka masih berembuk untuk menentukan sikap sehingga terjadi keterlambatan pertolongan, karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang berbagai opsion yang tersedia.
Ø  Kebiasaan di daerah tertentu yang membahayakan kondisi ibu dan bayinya seperti pada saat hamil dan melahirkan ibu disuruh tinggal di hutan dalam sebuah gubuk kecil sampai ia melahirkan bayinya.
Ø  Banyaknya mitos yang merugikan perempuan seperti dilarang makan-makanan tertentu.
Ø  Norma yang berlaku dimasyarakat bahwa perempuan seyogyanya makan bagian yang terakhir dari suaminya, orang tua dan anak-anaknya ini menyebabkan banyak perempuan yang mengalami anemia dan kekurangan gizi kronis.
Ø  Sikap individualistik masyarakat yang menganggap kelahiran merupakan tanggungjawab keluarga saja sehingga bantuan/gotong royong membantu ibu hamil, melahirkan tidak ada dalam masyarakat.

*      Fasilitas Kesehatan
Survey yang pernah dilakukan tentang pemanfaatan fasilitas oleh ibu hamil menunjukkan bahwa alasan kurang memadainya asuhan kehamilan berbeda-beda berdasarkan kelompok sosial/bentuk usia, dan metode pembayaran. Alasan yang paling sering adalah karena tidak menyadari bahwa dirinya telah hamil. Alasan lainnya adalah karena tidak mempunyai cukup biaya untuk memeriksakan diri. Fasilitas kesehatan mempunyai peran yang penting bagi suatu kehamilan. Wanita hamil yang secara rutin memeriksakan kehamilan ke fasilitas kesehatan akan mendapatkan perawatan kehamilan yang lebih baik. Dengan memeriksakan, deteksi dini terhadap komplikasi yang sedang dihadapi dapat dilakukan dengan cepat. Hal ini tentu mempengaruhi keadaan kehamilan, dimana kehamilan akan dapat terus dipantau agar selalu berada dalam keadaan kehamilan yang sehat. Namun hal ini juga tergantung dari tenaga kesehatan yang ada.
Indonesia merupakan suatu negara yang luas. Sayangnya luas wilayah ini belum dapat dimbang dengan cakupan ketersediaan sarana saran layanan publik termasuk dalam bidang kesehatan. Beberapa desa, masih kesulitan untuk mendapatkan akses layanan kesehatan. Tidak semua desa memiliki puskesmas dan tenaga media seperti dokter, bidan, perawat.mentari. dan masyarakat yang jauh dari sarana kesehatan akan semakin diburuk lagi manakala fasilitas transfortasi seperti angkutan umum yang terbatas atau biasa juga fasilitas jalan yang tidak memungkinkan angkutan umum memasuki di daerah yang jauh dari fasilitas dan apalagi bila malam hari banyak desa seperti mati lampu yang tidak nampak aktifitas masyarakat. Tak dapat dielakkan bahwa masih banyak jalan-jalan yang belum diaspal dan jalan yang aspalpun banyak yang rusak.
Bila keadaan tersebut masih banyak dijumpai maka ibu hamil yang akan melahirkan (pada malah hari) akan sangat kesulitan mendapatkan layanan kesehatan dari tenaga kesehatan dengan tepat. Akhirnya bila faktor-faktor yang ada ini saling ketemu maka kematian ibu dan bayi akan sulit dielakkan.

*      Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil. Pada ibu hamil dengan tingkat social ibu hamil yang baik otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula. Status gizi pun akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan berkualitas, selain itu ibu tidak akan terbebani secara psikologis mengenai biaya persalinan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari setelah bayinya lahir.
Ibu akan lebih fokus untuk mempersiapkan fisik dan mentalnya sebagai seorang ibu. Sementara pada ibu hamil dengan kondisi ibu hamil yang lemah akan mendapatkan banyak kesulitan terutama masalah pemenuhan kebutuhan primer. Pada sisi lain kesadaran masyarakat akan pentingnya memeriksakan kehamilan masih kurang. Dengan situasi ekonomi yang sangat sulit dan pandangan yang belum menjadikan kesehatan ibu hamil dan melahirkan sebagai kebutuhan pokok yang diprioritaskan, akan masyarakat semakin akan berkurang untuk berkunjung ke bidan atau tenaga kesehatan lainnya untuk memeriksakan kehamilannya.
Di samping itu kemiskinan yang melilit keluarga ibu hamil seringkali memaksa ibu yang sedang hamil untuk tetap bekerja seperti sebelum hamil. Padahal masa kehamilan akan sangat rawan bila ibu harus banyak bekerja dan mengeluarkan energi yang besar. Rasa lelah akibat kerja besar yang akan dilakukan dapat mengganggu kehamilan dan janinnya, yang dapat membawa resiko keguguran dan bahkan kematian bagi ibu.
Faktor fisik seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi ibu tersebut. Status kesehatan dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya kepelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan. Adapun tujuan dari pemeriksaankehamilan yang disebut dengan Ante Natal Care (ANC) tersebut adalah:
·         Memantau kemajuan kehamilan. Dengan demikian kesehatan ibu dan janin pun dapat dipastikan keadaannya.
·         Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental ibu, karena dalam melakukan pemeriksaan kehamilan, petugas kesehatan (bidan atau dokter) akan selalu memberikan saran dan informasi yang sangat berguna bagi ibu dan janinnya.
·         Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan dengan melakukan pemeriksaan pada ibu hamil dan janinnya.
·         Mempersiapkan ibu agar dapat melahirkan dengan selamat. Dengan mengenali kelainan secara dini, memberikan informasi yang tepat tentang kehamilan dan persalinan pada ibu hamil, maka persalinan diharapkan dapat berjalan dengan lancar, seperti yang diharapkan semua pihak.
·         Mempersiapkan agar masa nifas berjalan normal. Jika kehamilan dan persalinan dapat berjalan dengan lancar, maka diharapkan masa nifas pun dapat berjalan dengan lancar.
·         Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima bayi. Bahwa salah satu faktor kesiapan dalam menerima bayi adalah jika ibu hamil dalam keadaan sehat setelah melahirkan tanpa kekurangan suatu apapun.

Wanita hamil akan mengalami perubahan fisik selama kehamilannya, dimana perubahan ini terjadi karena adanya adaptasi terhadap pertumbuhan janin dalam rahim dan dapat juga dipengaruhi oleh hal-hal yang berhubungan dengan fisik ibu sebelum dan selama hamil.




















Oval: KESIMPULAN
 


           

Dalam kehamilan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kehamilan yaitu faktor fisik, psikologis dan faktor lingkungan, sosial, budaya serta ekonomi.
a.       Faktor Fisik
Wanita hamil mengalami beberapa perubahan fisik selama kehamilan pada sistem tubuhnya. Perubahan ini terjadi karena adanya adaptasi terhadap pertumbuhan janin dan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yang berhubungan dengan fisik pada ibu hamil, diantaranya:
-          Status kesehatan
-          Status gizi
-          Gaya hidup

b.      Faktor Psikologis
Perubahan-perubahan psikis pada wanita selama kehamilan, diantaranya:
-          Stressor
-          Support keluarga
-          Subtance abuse
-          Partner abuse

c.       Faktor Lingkungan
Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan dan tentu saja ekonomi yang akan mempengaruhi keadaan wanita hamil.



Oval: ALAT BANTU MENGAJAR
 




Hand Out, Infocuss
Papan tulis, spidol
LaptOval: BAHAN DAN SUMBER





Hand out
Sap
Pwer point